Kisah Pulau Run di Maluku yang Ditukar dengan Manhattan

 


Apa kalian pernah mendengar nama Pulau Run? Mungkin sebagian kalian justru baru tahu ada salah satu pulau di Indonesia yang bernama Pulau Run dari artikel ini. Pulau Run adalah salah satu pulau di Kepulauan Banda, Maluku. Pulau Run tidak banyak terdengar gaungnya hari ini karena keberadaannya yang cukup terpencil, tapi siapa sangka jika pada masa lalu pulau ini memiliki kisah yang menentukan laju sejarah sebuah bangsa. Pulau Run memiliki keterikatan hubungan dengan salah satu kota terbesar dunia yaitu New York. Hubungan seperti apakah itu? ternyata Pulau Run pernah di tukar dengan Manhattan, satu dari lima kota bagian yang membentu kota New York.

Indonesia memeiliki peran penting dalam perdagangan rempah dunia dari zaman dulu sehingga menjadi magnet bagi bangsa asing untuk datang. Pulau Run adalah satu dari 11 pulau di Kepulauan Banda. Hingga abad ke -18 Kepulauan Banda dikenal sebagai satu-satunya tempat penghasil Pala. Dan diantara sebelas pulau itu hanya ada 7 pulau yang bisa ditanami oleh rempah pala. Empat pulau lainnya tidak bisa dihuni dan ditanami karena dipenuhi batu karang. Pala menjadi komoditas berharga di dunia yang di gunakan untuk masakah dan mengawetkan makanan. Kepulauan Banda kemudian ramai dikunjungi oleh bangsa asing seperti Arab, China dan India yang menjadi pemain utama dalam perdagangan rempah-rempah dunia. Pada abad ke-17 Pala dan fuli (bunga pala) yang saat itu lebih berharga dari emas kemudian mengundang bangsa Eropa kemudian datang ke Kepulauan Banda. Belanda melalui serikat dagang VOC tidak hanya melakukan perdagangan tapi juga ingin memonopoli dan menguasai satu-satunya tempat penghasil pala saat itu. Demikian juga dengan Inggris yang ingin mengambil alih Banda dari Belanda yang sudah menguasai pulau-pulau besar seperti Neira dan Lonthor.

Inggris yang juga ingin menancapkan pengaruhnya di Kepulauan Banda membuat markas di Pulau Run. Maka terjadilah peperangan sengit antara kedua bangsa untuk menguasai perdagangan rempah  di dunia. Perang pertama terjadi antara tahun 1652-1654 dan perang kedua dimulai pada tahun 1665. Untuk mengakhiri pertikaian antara keduanya, maka dikeluarkan Traktat Breda yang memberi solusi perdamaian antara Belandan dan Inggris. Dan isi dari traktat tersebut adalah Inggris harus menyerahkan Pulau Run kepada Belanda. Dan Sebagai gantinya, Belanda harus menyerahkan Niew Amsterdam (yang kini Manhattan, New York) kepada Inggris. Ini adalah sejarah yang cukup fenomenal. Sehingga seorang penulis bernama Giles Milton menulis kisah ini pada novel yang berjudul “Nataniel’s Nutmeg” yang juga dialih bahasa dan terbitkan di Indonesia dengan judul Pulau Run : Magnet Rempah-Rempah Nusantara yang ditukar dengan Manhattan. Andrew Roberts dari The Wall Street Journal memberikan komentar tentang buku ini “New York akan memakai bahasa Belanda hingga hari ini, bukan bahasa Inggris, jika peristiwa dalam buku ini tidak terjadi”.

Hari ini, setelah lebih dari tiga ratus tahun peristiwa tukar guling asset tanah terbesar dan termahal  dalam sejarah itu terjadi, nasib kedua pulau yang ditukar itu berbeda 180 derajat. Manhattan kita kenal sebagai salah satu bagian yang membentuk Kota New York, wilayah yang gemerlap bahkan tidak pernah tidur sebagai pusat perekonomian dunia. Wilayah ini menjadi tanah harapan bagi para imigran dari seluruh dunia. Sementara Run begitu tenggelam pamornya seiring dengan kemunduran perdagangan pala dan anjloknya harga komoditas ini pada abad ke-18. Dulu namanya terdengar hingga ke sebrang benua, nasibnya kini tercencil seperti lokasinya. Padahal saat peta bumi belum utuh, wilayah ini sudah tergambar pada peta para pemburu rempah-rempah. 


Comments

Popular posts from this blog

Less is More, Mengenal Gaya Hidup Minimalis ala Jepang Untuk Hidup Lebih Bahagia

Emansipasi di Atas Sepeda

Gaya Hidup Centenarian di Zona Biru Okinawa Jepang