Pesan Perdamaian Razan al-Najjar
Sepertinya kita semua telah sepakat bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Tapi dalam perbedaan ini, pada satu titik ada yang mempertemukan hati kita pada satu hal yang mereka sebut sebagai nilai-nilai universal. Dalam banyak peristiwa meski itu terjadi di belahan dunia lain, yang dianggap merusak nilai-nilai kemanusiaan, hati kita menyuarakan nada yang sama, kesedihan. Seperti peristiwa yang baru terjadi di Gaza, Palestina, seorang perawat muda yang meninggal karena tembakan tentara Israel saat Ia tengah menolong korban bentrokan yang terjadi di sana.
Meski kita tidak saling mengenal, namun kematian gadis muda bernama Razan Ashraf Al-Najjar (2/6) ini membuat hati kita tergetar, merasa sedih sekaligus marah. Terbukti dengan banyaknya pengguna medsos yang membagikan kejadian ini. Penembakan yang terjadi pada Najjar ini dianggap sebagai kejahatan perang, karena pihak yang bertikai dilarang melukai apalagi menembak paramedis. Jenajahnya diantar ribuan warga Palestina ke pemakaman. Dari lini massa, rasanya hampir setiap pekan ada kabar menyedihkan dari Gaza. Buah dari pertikaian berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Tanpa mengindahkan kesepaka-kesepakan yang telah di buat, Israel terus saja membangun pemukiman di wilayah Palestina.
Konfik Panjang Kota Suci Tiga Agama Samawi
Peristiwa-peristiwa menyedihkan seperti yang menimpa Razan Al-Najjar ini selalu menggetarkan hati kita. Yerusalem, yang selama ini juga menjadi salah satu "perebutan" adalah kota suci bagi tiga agama samawi telah memiliki tempat tersendiri dalam imajinasi penulis. Ketika masih kanak-kanak penulis mengenalnya lewat sebuah puji-pujian yang sering kita dengar saat mengaji. Kota yang kita kenang sebagai tempat yang dikunjungi Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan malamnya ke "Sidratul Muntaha". Dan kiblat pertama umat Islam sebelum Ka'bah.
Semakin beranjak usia penulis semakin tahu bahwa wilayah ini ternyata telah mengalami konflik dari waktu ke waktu. Beralih dari satu kekuasaan ke kekuasaan lain. Dalam sejarah tercatat Alexander dari Makedonia menjadikan wilayah ini dipenuhi oleh berhala. Lalu masa kekaisaran Byzantium yang berlangsung ratusan tahun. Dalam kisah kepahlawanan tokoh-tokoh muslim kita mengenal Salahuddin Al-ayyubi yang dengan gilang-gemilang memenangkan perang salib dan merebut kembali wilayah Palestina dan membiarkan penduduknya (umat Islam, Yahudi, Nasrani) menjalankan ibadah mereka. Kesalehan dan sikap Satria ya telah melambungkan namanya hingga melintas benua dan kisahnya sampai pada masa kita sekarang.
Dimasa sebelumnya, paska meninggal rosulullah, dimasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab berhasil memasuki wilayah ini tanpa perlawanan bahkan sang Amirul mukminin sendiri yang datang ke Yerusalem untuk mengambil alih Palestina dari pemerintah Byzantium. Sang Khalifah menjamin keselamatan atas harta, nyawa serta salib warga Palestina. Juga menjamin tidak akan ada geraja yang dirusak atau dimasuki tentara muslim.
Maka ketika datang waktu sholatnya, Umar bin Khattab RA dipersilahkan mendirikan sholat di dalam gereja makam Kristus, tetapi Ia menolak, karena kekawatirannya umat muslim akan menganggap tempat itu sebagai keramat dan akan hilang maknanya bagi umat Kristen (The Great Arab Conquest: Hugh Kennedy) . Kemudian Ia mendirikan sholat di sebuah batu bekas reruntuhan Kenizah Allah (kuil Solomon) yang dikemudian hari berdiri sebuah bangunan yang kita kenal sebagai "Dome of The Rock" atau Masjidil Aqsha, landmark-nya Yerusalem.
Berita terbaru, pemerintah Israel menerapkan kebijakan melarang warga negara Indonesia dilarang memasuki wilayah Yerusalem, efektif berlaku mulai 9 Juni 2018. Sedih sekali rasanya karena sepertinya semua muslim ingin sekali seumur hidupnya bisa menjejakkan kaki di sana setelah Mekkah dan Madinah.
Pesan Kemanusiaan Razan Ashraf al-Najjar
Kembali pada peristiwa yang menimpa Razan al-Najjar, saya selalu kagum dengan sosok-sosok muda/mudi Palestina. Bayi-bayi Palestina yang baru lahir disambut dengan desingan peluru dan meriam. Seperti Razan dan kawan-kawan nya seperti tidak ada rasa takut dalam mempertahankan keyakinannya atas agama dan tanah air mereka. Kami yang jauh dari tanah para nabi hanya bisa berdoa untuk kedamaian kalian. Semoga Palestina segera mendapatkan kemerdekaannya. Menemukan kedamaian. Sehingga tak ada lagi setetes darah siapapun yang mengalir akibat perang. Sebagai mana pesan kemanusian Razan katakan, "Kita memiliki satu tujuan. untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang-orang. Dan mengirimkan pesan ke dunia: tanpa senjata dan kita bisa melakukan apa saja,"
Meski kita tidak saling mengenal, namun kematian gadis muda bernama Razan Ashraf Al-Najjar (2/6) ini membuat hati kita tergetar, merasa sedih sekaligus marah. Terbukti dengan banyaknya pengguna medsos yang membagikan kejadian ini. Penembakan yang terjadi pada Najjar ini dianggap sebagai kejahatan perang, karena pihak yang bertikai dilarang melukai apalagi menembak paramedis. Jenajahnya diantar ribuan warga Palestina ke pemakaman. Dari lini massa, rasanya hampir setiap pekan ada kabar menyedihkan dari Gaza. Buah dari pertikaian berkepanjangan antara Palestina dan Israel. Tanpa mengindahkan kesepaka-kesepakan yang telah di buat, Israel terus saja membangun pemukiman di wilayah Palestina.
Konfik Panjang Kota Suci Tiga Agama Samawi
Peristiwa-peristiwa menyedihkan seperti yang menimpa Razan Al-Najjar ini selalu menggetarkan hati kita. Yerusalem, yang selama ini juga menjadi salah satu "perebutan" adalah kota suci bagi tiga agama samawi telah memiliki tempat tersendiri dalam imajinasi penulis. Ketika masih kanak-kanak penulis mengenalnya lewat sebuah puji-pujian yang sering kita dengar saat mengaji. Kota yang kita kenang sebagai tempat yang dikunjungi Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan malamnya ke "Sidratul Muntaha". Dan kiblat pertama umat Islam sebelum Ka'bah.
Semakin beranjak usia penulis semakin tahu bahwa wilayah ini ternyata telah mengalami konflik dari waktu ke waktu. Beralih dari satu kekuasaan ke kekuasaan lain. Dalam sejarah tercatat Alexander dari Makedonia menjadikan wilayah ini dipenuhi oleh berhala. Lalu masa kekaisaran Byzantium yang berlangsung ratusan tahun. Dalam kisah kepahlawanan tokoh-tokoh muslim kita mengenal Salahuddin Al-ayyubi yang dengan gilang-gemilang memenangkan perang salib dan merebut kembali wilayah Palestina dan membiarkan penduduknya (umat Islam, Yahudi, Nasrani) menjalankan ibadah mereka. Kesalehan dan sikap Satria ya telah melambungkan namanya hingga melintas benua dan kisahnya sampai pada masa kita sekarang.
Dimasa sebelumnya, paska meninggal rosulullah, dimasa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab berhasil memasuki wilayah ini tanpa perlawanan bahkan sang Amirul mukminin sendiri yang datang ke Yerusalem untuk mengambil alih Palestina dari pemerintah Byzantium. Sang Khalifah menjamin keselamatan atas harta, nyawa serta salib warga Palestina. Juga menjamin tidak akan ada geraja yang dirusak atau dimasuki tentara muslim.
Maka ketika datang waktu sholatnya, Umar bin Khattab RA dipersilahkan mendirikan sholat di dalam gereja makam Kristus, tetapi Ia menolak, karena kekawatirannya umat muslim akan menganggap tempat itu sebagai keramat dan akan hilang maknanya bagi umat Kristen (The Great Arab Conquest: Hugh Kennedy) . Kemudian Ia mendirikan sholat di sebuah batu bekas reruntuhan Kenizah Allah (kuil Solomon) yang dikemudian hari berdiri sebuah bangunan yang kita kenal sebagai "Dome of The Rock" atau Masjidil Aqsha, landmark-nya Yerusalem.
Berita terbaru, pemerintah Israel menerapkan kebijakan melarang warga negara Indonesia dilarang memasuki wilayah Yerusalem, efektif berlaku mulai 9 Juni 2018. Sedih sekali rasanya karena sepertinya semua muslim ingin sekali seumur hidupnya bisa menjejakkan kaki di sana setelah Mekkah dan Madinah.
Pesan Kemanusiaan Razan Ashraf al-Najjar
Kembali pada peristiwa yang menimpa Razan al-Najjar, saya selalu kagum dengan sosok-sosok muda/mudi Palestina. Bayi-bayi Palestina yang baru lahir disambut dengan desingan peluru dan meriam. Seperti Razan dan kawan-kawan nya seperti tidak ada rasa takut dalam mempertahankan keyakinannya atas agama dan tanah air mereka. Kami yang jauh dari tanah para nabi hanya bisa berdoa untuk kedamaian kalian. Semoga Palestina segera mendapatkan kemerdekaannya. Menemukan kedamaian. Sehingga tak ada lagi setetes darah siapapun yang mengalir akibat perang. Sebagai mana pesan kemanusian Razan katakan, "Kita memiliki satu tujuan. untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang-orang. Dan mengirimkan pesan ke dunia: tanpa senjata dan kita bisa melakukan apa saja,"
Comments
Post a Comment