Nilai-nilai Keislaman dalam Kampanye diet sampah plastik




Semakin bertambah nya jumlah penduduk, semakin banyak pula masalah yang dihadapi umat manusia. Salah satunya adalah persoalan sampah plastik yang kian hari kian menghawatirkan. Apalagi Indonesia diberi rangking ke-2 sebagai pemasok sampah terbesar di lautan setelah China. Jelas ini bukan sebuah prestasi kan? Penemuan plastik bisa dibilang penemuan ajaib, setelah setelah seorang warga Inggris bernama Alexander Parkes (1813-1890) menciptakan dan memperkenalkan bahan sintetik yang kita kenal sebagai plastik sekarang, penggunaannya hampir ada di seluruh kegiatan manusia. Kita bisa menemukannya di mobil, motor, plastik juga menjadi bahan pembungkus baik itu makanan, minuman, dan sebagainnya yang awet dan murah. Tapi keawetannya ini lah yang menjadi persoalan bagi manusia. Mungkin kita memakai kemasan plastik hanya dalam waktu beberapa jam saja, tapi sampah plastik yang kita buang memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai. Sampah yang mencemari lautan kita akan mengancam keberadaan biota laut di dalamnya. Di Thailand seekor paus pilot mati karena menelan berkilo-kilo sampah plastik (BBC News, 1/6) dan masih banyak lagi kasus-kasus hewan laut yang memakan sampah plastik. Bahkan dikatakan hewan laut yang pintar sekalipun tidak terhindar dari memakan platik yang mereka anggap sebagai makanan.
 Pengelolaan sampah yang tidak baik dan perilaku membuang sampah sembarang akan membuat laut kita semakin dipenuhi sampah plastik. Di tempat-tempat umum yang jelas-jelas sudah disediakan tempat sampah, yang klasifikasi-kan tempat sampah organik, anorganik dan bahan berbahaya dan beracun (B3) namun sering kita mendapatkan semua tong sampah itu diisi dengan campuran sampah-sampah tadi. Ini jelas bukan karena warganya tidak bisa membaca bukan?

Diet Kantong Kresek Bagi Ibu Rumah Tangga
Lalu pagi ini ketika saya berbelanja ke pasar, ada seorang ibu yang bersikeras tidak mau belanjaannya dibungkus dengan plastik, sementara sang penjual juga "keukeuh" memberi kantong kresek. Sama halnya ketika saya juga membawa kantong kresek (bekas) sendiri saat membeli beras. Mungkin bagi si penjual ini adalah sebuah pelayanan prima. Kemudian si ibu menjelaskan jika ia sedang melakukan "diet kantong kresek" karena lingkungan kita sudah penuh sampah plastik katanya. Ibu tersebut memang menenteng sebuah keranjang yang ia bawa sendiri. Jika separuh saja pembeli di Indonesia melakukan hal yang sama pasti bisa mengurangi sampah plastik secara signifikan bukan? Sebelumnya pemerintah menerapkan aturan kantong kresek berbayar untuk mengurangi konsumsi plastik, tapi diet kantong kresek yang dikampanyekan pemerintah sudah tak di gaungkan lagi sekarang.
Sampah rumah tangga memberi kontribusi yang cukup besar pada tumpukan sampah kita. Makanya ibu rumah tangga juga menempati peran penting dalam urusan ini. Bagaimana tidak, mulai dari terasi sampai popok (diaper) sekali pakai menjadi urusan seorang ibu. Jika pengelolaan sampah di rumah sudah baik, maka lingkungan juga baik.

Peran Ulama dalam mengkampanyekan diet  plastik
Sampah yang mencemari lautan ini berasal dari daratan yang terbawa arus sungai. Persoalan sampah plastik bukan hanya menjadi persoalan di kota besar tapi juga di desa-desa. Saya memang buka seorang aktivis lingkungan, tapi melihat sungai dan aliran irigasi yang kondisinya jauh berbeda dengan masa saya dulu menjadi keprihatinan saya sendiri. Sungai-sungai dan lahan-lahan kosong tampak semakin suram dengan tumpukan sampah. Para orang tua juga pasti melarang anak-anak mereka bermain dilingkungan seperti itu. Bukan karena sungai dan lahan kosong dianggap sebagai tempat jin membuang anak, tapi karena kondisinya yang kotor ban bau.
Perilaku lain yang banyak dilakukan masyarakat pada sampah plastik ini adalah membakar sampah di lahan terbuka. Padahal hal ini akan menimbulkan masalah lain bagi kesehatan.
Di setiap stasiun televisi, di mushola-mushola, dan di masjid-masjid baik itu di kota maupun di kampung-kampung setiap pekan selalu diadakan ceramah keagamaan. Namun sebagian besar ceramah yang disampaikan adalah urusan ibadah yang bersifat Hablum minalllah (ibadah kepada Allah). Urusan Hablum minannas juga tidak kalah pentingnya, salah satunya adalah menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.  Ditengah-tengah darurat sampah plastik saya fikir ini juga harus menjadi concern para ulama untuk menyampaikan nya dalam ceramah-ceramah keagamaan. Karena Allah melarang manusia merusak lingkungan seperti termaktub dalam Al-Qur'an surat Al-A'rof :56 dan banyak ayat lainnya. Menjaga kelestarian lingkungan juga telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu contoh adalah dibuatnya Hima atau kawasan konservasi yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan air dan makanan juga melestarikan lingkungan. Hima yang pernah dibangun oleh Rosulullah yaitu Hima al-Naqi, dimana nabi melarang perburuan hewan pada radius 4 mil dari Manisah dan larangan merusak tanaman pada radius 12 mil dari daerah tersebut. Dari sini kita bisa meneladani bagaimana Nabi Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah mencontohkan bagaimana beliau menjaga dan memelihara lingkungan sebagai anugrah dari Allah SWT. Maka dengan menjaga lingkungan hidup kita juga sedang menegakkan syariat Islam bukan?

Comments

Popular posts from this blog

Less is More, Mengenal Gaya Hidup Minimalis ala Jepang Untuk Hidup Lebih Bahagia

Emansipasi di Atas Sepeda

Gaya Hidup Centenarian di Zona Biru Okinawa Jepang