Penderes Terakhir
Siapa yang tak kenal gula merah atau gula jawa. Salah satu produk olahan dari pohon seribu manfaat alias pohon kelapa. Selain untuk tambahan bumbu masakan, kita juga bisa merasakan rasa manisnya diberbagai cemilan ataupun minuman khas Nusantara. Belakang si manis ini semakin diminati karena katanya lebih rendah kalori.
Industri rumah pengolahan nira menjadi gula merah ini telah ada sejak lama di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satunya di desa kami. Catatan saya tentang home industry gula merah (https://m.facebook.com/notes/astuti/menderes-manisnya-home-industri-gula-jawa/)
Harumnya asap dari air nira yang di masak dan manisnya gula merah telah menjadi bagian dari kehidupan saya. Orang tua saya telah lama menjalankan usaha jual beli gula merah, mereka membeli gula merah dari para Penderes dan menjualnya kepada pedagang yang lebih besar. Maka ketika saya membaca Bekisar Merah karya Ahmad Tohari, saya seperti mendapati diri saya pada sosok Kanjat (anak seorang bandar gula yang gelisah dengan nasib para Penderes di kampungnya). Tapi usaha pengepulan gula merah yang dijalankan keluarga kami makin meredup seiring makin sedikitnya orang yang bertahan dengan profesi ini. Kebanyakan sudah usia tua dan jarang anak muda yang mau menggeluti profesi Penderes.
Belakangan muncul gula merah yang oleh orang-orang disebut gula 2 tax, yaitu gula merah yang dimasak kembali lalu dicampur dengan gula pasir kemudian dicetak lagi seperti bentuk gula merah biasa. Saya sendiri banyak mendapati gula semacam ini selama di Jakarta. Bentuknya memang gula merah hanya tekstur nya lebih keras dan yang pasti rasanya berbeda dari gula merah yang betul-betul terbuat dari nira (lidah gak bisa dibohongi kan yaa heheh) apalagi dari kecil saya dikelilingi gula merah, saya masih ingat dulu jika sedang banyak barang, satu ruangan bisa penuh dengan peti-peti berisi gula merah (dulu dikemas di peti). Berbeda sekarang, hanya tinggal dua atau tiga Penderes saja yang masih menjual gula ke rumah. Itu juga tidak setiap hari. Apalagi kemarin musim kemarau dan produksi nira sedikit. Dan sekarang (saat tulisan ini sy buat) pengrajin gula kelapa satu-satunya disini yang rutin menjual kepada kami sedang sakit 😣 get well soon yaa ma' iyoo biar bisa 'nderes lagi 😊 Banyak yang kecewa karena tidak mendapati gula merah. Karena beberapa makanan dan minuman tradisional memang kurang cocok rasanya jika tidak dibuat dengan gula merah. Bahkan gula merah KW meski rupanya sama tapi rasanya tidak passsss dilidah!
Terima kasih buat para pengrajin gula kelapa telah memaniskan lidah kami, meski kalian harus memanjat pohon kelapa yang tinggi hingga memasak nira berjam-jam. Semoga akan bermunculan lagi pengrajin-pengrajin gula kelapa yang baru, jadi kita masih bisa nge-rujak, makan jenang, klepon, dan es cendol yang rasanya MANTULLL alias mantap betulll karena memakai gula kelapa asli 😊
Comments
Post a Comment